Kamis, 06 Maret 2008

DEMENSIA

PENDAHULUAN

Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan keterampilan berbahasa, menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran.

Perjalanan penyakit demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian angka). Sering terjadi perubahan kepribadian dan gangguan perilaku.

Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara sehingga penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.

Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik. Mereka menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau bekerja). Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi karena ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari. Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam melakukan tugasnya.

Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 16% kelompok usia di atas 65 tahun dan 32-50% kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar 10-20% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat diobati. Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang tidak beraturan) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi. Demensia Lewy Body sangat menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang terjadi di dalam otak.

DEFENISI

Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif dan irreversible. Biasanya ini sering terjadi pada orang usia diatas 65 tahun. Di Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala normal pada setiap orang tua. Namun kenyataannya itu merupakan suatu anggapan yang salah. Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan masyarakat kita yang salah.

Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah : usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan.

Demensia harus bisa kita bedakan dengan gangguan mental, gangguan daya ingat atau intelektual yang akan terjadi dengan berjalannya waktu dimana fungsi mental yang sebelumnya telah dicapai secara bertahap akan hilang atau menurun sesuai dengan derajat yang diderita.

KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

I. Demensia

1. Idiopatik / degenerasi

ü Alzheimer’s disease

ü Huntington’s disease

ü Progressif supranuclear palsy

ü Spinocereberal degeneration

2. Vascular disorder

ü Multi infarct demensia

ü Lacunar demensia

ü Subcortical arteriosclerotic encelophaty

ü Vasculitis

ü Aneurisma intracranial

ü Amyloid angiophaty

ü AVM ( arterivenous malformation )

ü SAH ( subarachnoid hemorrhage )

3. Normal pressure hydrocephalus

4. Neoplastik disease : brain tumor primer / sekunder

5. CNS infection :

ü Neurosyphillis,

ü Brain abcess

ü AIDS dementi complex

6. Metabolic disorder :

ü HypothyroidismV

ü Vit B 12 deficienty

ü Wilson’s disease

7. Head trauma

ü Acute & delayed effect of head injury

ü Punch drunk syndrome

ü Subdural hematom

8. Intoxication : Hg, Mn, Barbiturat, Amphetamin, dan halusinogen lainnya.

II. Pseudodementia

1. Depression

2. Schizophrenia

3. Aging

4. Anxietas

III. Amnestic syndrome

1. Head trauma

2. Hypoxia

3. Bilateral posterior cerebral arteri infarct

4. Transient global amnesia

5. Psycogenic amnesia

6. Brain tumor

PATOFISIOLOGI

Begitu banyak factor penyebab terjadinya dementia pada berbagai penyakit yang telah disebut di atas. Apapun sebabnya, semuanya menyebabkan perubahan psyco – neurokimiawi di otak.

Factor – factor gangguan regulasi DNA, neural reserve capacity untuk CNS performance yang exhausted, dan gangguan supply energi untuk metabolisme CNS dapat menyebabkan penurunan glycolitik yang kemudian berturut – turut mengakibatkan penurunan sintesa Acetyl CO enzim A yang penting untuk sintesa Acetil Choline, penurunan aktifitas Cholin Asetiltransferase di kortek hipokampus, maka akibatnya terjadi penurunan kadar aktifitas kholinergik sehingga menyebabkan demensia.

Pada penelitian terbukti bahwa, penurunan kadar Cholin Asetiltransferase mempunyai korelasi langsung dengan hasil test mental score / aktifitas intelektual yang menurun dan juga peninggian jumlah plague senille. Aktifitas kholinergik bersumber terutama pada basal fortebrain nucleus of mainert, locus ceruleus, dan dorsal raphe nuclei.

Secara ringkas bahwa proses demensia adalah terjadinya perubahan neuro kimiawi yang tersebut dibawah ini :

1. pengurangan neurotransmitter klasik :

ü asetil kolin

ü nor adrenalin dan metabolitnya

ü dopamine

ü 5 HT

2. pengurangan amino acid neurotransmitter : Glu., Gly., GABA

3. pengurangan enzim –enzim : AchE, DOPA decarboksilase, GAD., CAT

4. pengurangan neuro peptide : somatostatin, dll.

Khusus pada Alzheimer disease disamping yang tersebut di atas, kemungkinan penyebab lain yang ikut berperan adalah adanya efek genetic ( serineprotease inhibitor ) sehubungan dengan deposit A4Beta amyloid peptide pada kromosom 21 sehingga menyebabkan pembentukan neurofibrillary tangles dan senile plaque dan granulofacuolar degenerasi lebih dini.

Prose ketuan fisik yang fisiologis seperti halnya timbulnya katarak senilis, osteoporosis, alopesia, rontoknya gigi, gangguan pendengaran, gangguan sexual tidaklah selalu paralel dengan timbulnya demensia senilis.

Usia 65 tahun keatas sel – sel otak berangsur ada yang mati dan jumlahnya berkurang, otak menjadi lebih atrofi, sulcus menjadi lebih lebar, dan ventrikiel melebar. Proses ketuaan ini bukanlah suatu penyakit, jadi tidak perlu ditakuti. Yang penting perlu dijaga jangan sampai mempunyai faktor resiko penyakit vascular ataupun metabolisme yang bisa mengganggu suplai energi dan metabolisme otak seperti yang diterangkan di atas. Ada banyak orang sampai usia 80 tahun tetapi masih aktif mengarang buku, menjadi pemimpin Negara, dll.

GEJALA KLINIS

I. Gejala umum

Gangguan memori, intelek dan behavior : lupa nama wajah orang yang dikenalnya, tidak tahu waktu, bahkan kedudukan dia sendiri di keluarga. Pendapat dan pertimbangannya selalu salah, tingkah laku yang berubah, biasanya pasien berkeras bahwa ia tidak sakit.

Gangguan neurologi : afasia, apraksia ataupun spatial agnosia. Penderita kesulitan mengenakan pakaiannya sendiri, salah memegang cangkir, dll.

Gangguan afektif : apatis, regresi dan kadang bisa euphoria.

II. Gejala khusus

Alzheimer disease : gejala adanya primitive refleks, ini penting untuk membedakan gangguan dini dengan yang disebabkan gangguan psikosis ataupun gangguan organic. Gejala gangguan refleks primitive misalnya sucking & pouting refleks, glabela tap refleks, tonik grasp, palmomental refleks. Gejala stadium lanjut diikuti adanya hipokinesia, mask – like expression, dispasia, diskalkulia, disgravia.

DEMENSIA TIPE ALZHEIMER

Dari semua pasien dengan demensia, 50-60% memeiliki demensia tipe ini. Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Allois Alzheimer sekitar tahun 1910. demensia ini ditandai dengan gejala :

ü Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif

ü Daya ingat terganggu, ditemukan adanya: afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif.

ü Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru.

ü Perubahan kepribadian (depresi, obsesitif, kecurigaan).

ü Kehilangan inisiatif.

Factor resiko penyakit Alzheimer :

ü Riwayat demensia dalam keluarga

ü Sindrom down

ü Umur lanjut

ü Apolipoprotein, E4

Factor yang memberikan perlindungan terhadap Alzheimer :

ü Apolipoprotein E, alel 2

ü Antioksidan

ü Penggunaan estrogen pasca menopause ( pada demensia tipe ini lebih sering pada wanita )

ü NSAID

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem ditemukan lost selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.

- Pada makroskopik : penurunan volume girus pada lobus frontalis dan temporal

- Pada mikroskopik : plaque senilis dan serabut neurofibrilaris

Kerusakan dari neuron menyebabkan penurunan jumlah neurotransmitter. Hal ini sangat mempengaruhi aktifitas fisiologis otak.

Tiga neurotransmitter yang biasanya terganggu pada Alzheimer adalah Asetil kolin, Serotonin, dan Norephinefrine. Pada penyakit ini diperkirakan adanya interaksi antara genetic dan lingkungan yang merupakan factor pencetus. Selain ini dapat berupa trauma kepala dan rendahnya tingkat pendidikan

Stadium penyakit Alzheimer dibagi atas 3 berdasarkan beratnya deteorisasi intelektual

Stadium I (amnesia)

Stadium II (bingung)

Stadium III (akhir)

- berlangsung 2-4 tahun

- amnesia menonjol

- gangguan :

- diskalkulis

- memori jangka

penuh.

- perubahan emosi

ringan.

- Memori jangka panjang baik.

- Keluarga biasanya tidak terganggu.

- Berlangsung 2-10 tahun

- Kemunduran aspek fungsi luhur (apraksia, afasia, agnosia, disorientasi)

- Agresif

- Salah mengenali keluarga

- Setelah 6-12 tahun

- Memori dan intelektual lebih terganggu

- Akinetik

- Membisu

- Inkontinensia urin dan alvi

- Gangguan berjalan

DIAGNOSIS

Pedoman diagnostik demensia Alzheimer menurut PPDGJ III :

  1. terdapat gejala demensia secara umum
  2. onset bertahap dengan perkembangan lambat
  3. tidak ada bukti klinis dan pemeriksaan yang mendukung adanya penyakit otak / sistemik yang dapat menyebabkan demensia
  4. tidak ada serangan / gejala neurologik kerusakan otak fokal

Pedoman diagnostic menurut WHO ( ICD X ):

  1. lupa kejadian yang baru saja dialami
  2. kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari – hari
  3. kesulitan dalam berbahasa
  4. disorientasi waktu dan tempat
  5. tidak mampu membuat pertimbangan dan keputusan yang tepat
  6. kesulitan berfikir abstrak
  7. salah menaruh barang
  8. perubahan suasana hati
  9. peubahan perilku / kepribadian
  10. kehilangan inisiatif

PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan / pencegahan hanya dalam bentuk faliatif, yaitu : nutrisi tepat, latihan, pengawasan aktifitas, selain itu bisa diberikan obat Memantine ( N – metil ) 25 mg/hari, Propanolol ( Inderal ), Haloperidol, dan penghambat Dopamin potensi tinggi untuk kendali gangguan perilaku akut. Selain itu diberikan “ Trasine Hidrokloride “ ( inhibitor Asetil kolin esterase ) unuk gangguan kognitif dan fungsionalnya.

Pencegahan antara lain, bagaiman cara kita lebih awal untuk mendeteksi Alzheimer disease serta memperkirakan siap yang mempunyai factor resiko terkena penyakit ini sehingga dapat dicegah lebih awal. Pencegah dapat juga perubahan daya hidup ( diet, kegiatan olahraga, aktifitas mental )

Tujuan penangan Alzheimer :

ü mempertahankan kualitas hidup yang normal

ü memperlambatan perburukan

ü membantu keluarga yang merawat dengan memberi informasi yang tepat

ü menghadapi kenyataan penyakit secara realita

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mantapz nih salam sayang dari mbah gendeng

mbah juga punya nih apraksia

Profesor Ndeso mengatakan...

salam silaturahim
mohon izin untuk artikel ini, kami nukil dan kami postkan ulang di blog saya pada tulisan http://www.perkuliahan.com/masalah-yang-sering-terjadi-pada-lansia-resiko-injuridemensia/
karena dulu sempat post tapi kena crash dan data hilang. terima kasih. semoga tambah berkah dan memberi manfaat dengan sesama